Rabu, 07 September 2011

Merokok, Siap-siap Kena Diabetes

Merokok, Siap-siap Kena Diabetes


Inilah alasan lain untuk melempar rokok jauh-jauh. Merokok, yang sudah diketahui mengakibatkan kanker paru-paru, serangan jantung dan stroke, juga meningkatkan resiko bagi jenis diabates paling umum, kata beberapa peneliti.
Perokok menghadapi peningkatan resiko 44% untuk terserang diabetes jenis 2 jika dibandingkan dengan orang yang tidak merokok, demikian temuan para peneliti Swiss tersebut.
Dr. Carole Willi dari University of Lausanne di Swiss dan rekannya menganalisis 25 kajian yang menyelidiki hubungan antara merokok dan diabetes yang disiarkan antara 1992 dan 2006, dengan sebanyak 1,2 juta peserta yang ditelusuri selama 30 tahun.
Mereka mendapati resiko bahkan lebih tinggi bagi perokok berat. Mereka yang menghabiskan sedikitnya 20 batang rokok sehari memiliki resiko terserang diabetes 62% lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
Berhenti merokok akan mengurangi resiko itu. Bekas perokok menghadapi resiko 23% lebih tinggi dibandingkan dengan yang bukan perokok, jauh lebih rendah dibandingkan dengan yang masih merokok saat ini, lapor para ilmuwan itu dalam Journal of American Medical Association.
"Pada tingkat kesehatan masyarakat, ini sangat penting karena peristiwa diabetes secara dramatis meningkat. Makan menghindari diabetes akan menjadi alasan baik lain bagi perokok untuk berhenti atau bagi orang yang tidak merokok untuk tidak memulai," kata Willi melalui surat elektronik.
Diabetes jenis 2, bentuk diabetes yang seringkali berkaitan dengan kelebihan berat badan, pola makan yang buruk dan gaya hidup yang tak pernah berubah, menjadi makin umum ditemui di banyak negara.
Dapat dicegah
Menghisap rokok adalah penyebab utama kematian global yang dapat dicegah, dan telah menewaskan tak kurang dari 4 juta orang per tahun atau sekitar 9% angka kematian di seluruh dunia, kata para peneliti tersebut.
Selain mengakibatkan paling banyak kasus kanker paru-paru serta jenis lain kanker, merokok juga dapat mengakibatkan serangan jantung, stroke, penyakit paru-paru kronis dan penyakit lain.
"Konsekuensi dari temuan ini juga penting karena diabetes dan menghisap rokok adalah faktor resiko utama penyakit jantung dan urat darah," kata Willi.
Willi menyatakan bahwa para peneliti tersebut sebelum tak diarahkan agar menyimpulkan bahwa merokok sesungguhnya mengakibatkan diabetes pada orang-orang di dalam 25 kajian.
Namun Willi mengatakan kenyataan bahwa makin banyak merokok yang mengakibatkan resiko diabetes yang lebih tinggi menunjukkan bahwa merokok mengakibatkan penyakit itu.
Selain itu, merokok mendahului perkembangan diabetes pada peserta di semua kajian tersebut, kata Willi.
Merokok dapat mengakibatkan kondisi yang tahan terhadap insulin, kata para peneliti tersebut. Itu berarti merokok dapat mencampuri cara tubuh memanfaatkan insulin. Kebal terhadap insulin biasanya mengawal diabetes jenis 2.
Dalam tajuk yang menyertai penelitian tersebut, Eric Ding dan Dr. Frank Hu dari Harvard School of Public Health di Boston mengatakan saran kesehatan masyarakat untuk mencegah diabetes jenis 2 mesti meliputi pesan anti-rokok.
"Pencegahan utama masyarakat terhadap diabetes jenis 2 dapat dicapai melalui menghindari merokok dan perubahan faktor gaya hidup melalui kombinasi pemantau ketat kesehatan, kegiatan fisik rutin, sedikit konsumsi alkohol dan pola makan yang layak," tulis mereka. (*/cax)

Brokoli Makanan Penting Bagi Diabetesi

Predikat brokoli sebagai superfood sepertinya tidak perlu diragukan lagi. Begitu banyak riset yang menunjukkan betapa makanan alami ini kaya akan zat-zat yang berfaedah bagi kesehatan.
Sebuah penelitian terbaru di Inggris mengindikasikan brokoli memiliki zat penting yang mampu memperbaiki dan mengembalikan fungsi pembuluh darah yang rusak akibat diabetes. Peneliti dari Universitas Warwick meyakini, zat yang bernama sulforaphane ini, memiliki peran besar dalam memulihkan kembali pembuluh darah.

Seperti dimuat di Jurnal Diabetes, sulforaphane mempu merangsang produksi enzim-enzim yang dapat melindungi pembuluh darah dan menurunkan molekul-molekul yang menyebabkan kerusakan sel-sel secara signifikan. Sayuran-sayuran jenis brassica seperti brokoli sebelumnya memang berkaitan dengan rendahnya risiko serangan jantung dan stroke.

Orang yang mengidap diabetes tercatat memiliki risiko lebih besar hingga lima kali lipat mengidap penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung dan stroke; yang keduanya juga berkaitan dengan kerusakan sel-sel pembuluh darah.
Dalam risetnya, tim dari Universitas Warwick, menguji pengaruh sulforaphane dalam sel-sel pembuluh darah yang rusak akibat tingginya kadar gula darah (hiperglikemia), yang berkaitan erat dengan diabetes.
Mereka mencatat adanya 73 persen reduksi molekul tubuh yang disebut Reactive Oxygen Species (ROS). Hiperglikemia dapat menyebabkan kadar ROS meningkat tiga kali lipat dan tingginya kadar molekul ini bisa merusak sel-sel tubuh. Peneliti juga menemukan bahwa sulforaphane mengaktivasi sejenis protein dalam tubuh yang disebut nrf2, yang dapat melindungi sel-sel dan jaringan dari kerusakan dengan cara mengaktivasi antioksidan dan enzim-enzim detoksifikasi.
“Riset kami mengindikasikan bahwa zat seperti sulforaphane dalam brokoli dapat membantu menghadang proses yang berhubungan dengan perkembangan penyakit pembuluh darah dalam diabetes. Ke depan, penting artinya untuk menggelar penelitian untuk menguji apakah mengonsumsi sayuran brassica memberikan faedah bagi pasien diabetik. Kami berharap itu akan terjadi,” ujar pimpinan riset, Professor Paul Thornalley.

Diabetes dan Solusinya

International Diabetes Institute Australia memperkirakan lebih dari 180 juta orang di seluruh dunia terkena diabetes. Menurut Sidartawan Soegondo SpPD KEMD, Ketua Umum Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) di Jakarta, Senin lalu, kebanyakan penderita terkena diabetes melitus (DM) tipe-2. Diperkirakan 12 juta orang atau 5-7
persen penduduk Indonesia menyandang DM, penyakit
kronis ditandai oleh gula darah melebihi kadar normal.

Ini bisa disebabkan tidak berfungsinya insulin sebagaimana biasanya. Bisa juga disebabkan jumlah insulin lebih sedikit dari keadaan normal. Keadaan ini akan terus berkembang dari waktu ke waktu. Jika kelainan itu tidak segera terdiagnosa sejak dini, risikonya tinggi. Komplikasi bisa menyebabkan penyakit jantung, gangguan ginjal, kebutaan dan amputasi.

Faktor utama diabetes adalah keturunan, kegemukan, pola hidup tak sehat. Jika tidak menjaga pola makan dan menjadi gemuk ditambah ada faktor keturunan, seseorang bakal terserang diabetes yang tidak bisa sembuh seumur hidupnya. Penyebab lainnya adalah perubahan gaya hidup, jenis asupan makanan ke dalam tubuh, kegiatan jasmani berkurang hingga peningkatan populasi usia lanjut.

Satu penelitian menemukan sekitar 300 juta orang berisiko tinggi mengalami impaired glucose tolerance (gangguan toleransi glukosa). Ini berarti 10 persen populasi dunia terkena diabetes atau berisiko tinggi terhadap diabetes.

Laporan terbaru IDF/WHO menyebutkan, jumlah pasien di dunia telah meningkat secara mengkhawatirkan dan biaya pengendaliannya menjadi tiga kali lipat. Meski satu dari dua orang yang menderita diabetes melitus belum terdiagnosa.

Satu studi menemukan, sedikitnya 30 persen penderita
DM dengan gejala klinik retinopati mengalami kebutaan.
Lalu 10 persen dari jumlah itu terpaksa tidak memiliki
pilihan lain kecuali menjalani amputasi tungkai kaki, terutama penderita berusia lebih dari 50 tahun. Risiko
kematian DM 4-5 kali dibanding nondiabetesi, dengan kematian 50 persennya menderita jantung koroner dan 30 persen gagal ginjal. Di Jakarta, ada peningkatan prevalansi DM sangat signifikan dari 1,7 persen (1982) menjadi 5,7 persen (1993) dan 12,8 persen (2001).

Hasil penelitian Diabetes Atlas tahun 2000 (IDF/WHO) memperkirakan penduduk Indonesia di atas 20 tahun sebesar 125 juta orang dengan asumsi pravalensi menderita diabetes melitus sebesar 4,6 persen.

Dari jumlah itu akan didapat angka 5,6 juta orang saat
ini dan tahun 2020 nanti akan meningkat menjadi 8,2 juta orang.

Masalah jadi begitu pelik, saat ini dokter spesialis diabetes di Indonesia hanya 40 orang yaitu di Jakarta 10 dokter, Surabaya (6), Bandung (3), Malang (3), Palembang (1), Medan (3), Yogya (2), Semarang (3), Manado (1), Makassar (2), dan Bali (1). Di Papua, Maluku, dan Kalimantan praktis tidak ada ahlinya.

Dianjurkan orang melakukan general check-up secara teratur setiap 4-5 tahun, guna menghindari DM. Pemeriksaan kadar gula perlu untuk mengetahui status kondisi diabetes, selain memperhatikan pola makan serta berolahraga. Jika hasil pemeriksaan lab menunjukkan ada diabetes, pemakaian obat
antihiperglikemik oral atau insulin harus diperhatikan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar